Kamis, 07 Maret 2013

cerpen "EDELWIS"



     Mentari begitu menyingsing, suasana memang sangat panas dan menggerahkan. Namun seorang gadis berseragam putih abu-abu masih terus bersemangat ikut bergabung untuk desak-deskan di tengah kerumunan siswa-siswi lainnya. Ia melakukan itu hanya karena ingin tahu isi poster di mading,  yang barus saja di tempel oleh Vanila, seorang bandahara osis. Pantas saja begitu banyak siswa yang berminat membaca poster yang baru saja di temple di dinding mading itu, ternyata isinya adalah tentang acara jelajah alam  “MENDAKI GUNUNG”. RATU SWEETHELLA, gadis yang rela desak-desakan tadi sangat bahagia membaca isi poster itu, meski  Thella mengalami trauma mendalam akan acara seperti itu, namun ia memiliki sebuah impian besar dengan acara itu. Dengan bersemangat Thella langsung menghampiri teman-temannya di kantin sekolah.
 “ Guys guys !!!” sapanya dengan semangat empat lima. Seluruh teman-teman Thella pun kaget.
“ Kamu kenapa, dek ?” tanya Rafael, kakak kandung Thella yang juga sedang berada disana.
“ Ada berita bagus nih, sekolah kita ngadain acara jelajah alam, mendaki gunung ! Kerenkan” ucapnya sangat antusias.
 “ Sayang, kamu ikutan yah ! please “ sambung Thella lalu menggandeng Reynald. Reynald adalah pacar yang sangat dicintai Thella, mereka telah berpacaran sejak menduduki bangku kelas 2 SMP hingga saat ini, bahkan setelah lulus SMA mereka berencana akan bertunangan.
“ Aku ?” tanya Reynald sedikit bingung.
“ Iyah, kamu ikut yah. Kamu kan tahu aku pengen banget punya bunga edelweis, tapi aku nggak mungkin bisa ikut acara itu. Kan aku trauma banget sama acara yang begituan” jelas Thella manja.
              Yah, Thella memang sangat menginginkan bunga edelweis, bunga yang sering dianggap sebagai perlambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian. Edelweis melambangkan pengorbanan karena bunga ini hanya tumbuh di puncak-puncak atau lereng-lereng gunung yang tinggi sehingga untuk mendapatkannya membutuhkan perjuangan yang amat berat. Ditambah lagi dengan adanya larangan membawa pulang bunga ini, pemetik harus main petak umpet dengan petugas Jagawana. Yang paling menarik, meskipun dipetik bunga ini tidak akan berubah bentuk dan warnanya, selama disimpan di tempat yang kering dengan suhu ruangan. Karenanya, menurut orang-orang edelweis adalah bunga keabadian. Bunga yang membuat cinta akan tetap abadi.
              “ Hmm… guys kalian semua gimana ?” tanya Reynald pada seluruh teman-temannya.
              “ Ikut dong ! Acara se-asyik itu nggak mungkin dilewati. Haha” sahut Ferdi nyengir.
              “ Kalo gue sama Rafael sih pasti nggak bisa, kita kan udah kelas 3. Jadi nggak mungkin diizinin ikut acara begituan” ucap Roma sedikit kecewa.
              Dengan banyak celoteh dan perbincangan, akhirnya Reynald mau mengikuti acara pendakian gunung itu demi Thella, gadis yang sangat ia cintai. Temen-temen Reynald yang lainnya pun ikut bersama pasangan mereka, seperti Awan yang membawa kekasihnya Icha dan Ferdi yang membawa kekasih terimutnya Tiwi.
***
              Mentari hari ini tak seterik kemarin, sepertinya sang dewa matahari tahu kalau hari ini Reynald dan teman-temannya hendak pergi mengikuti acara mendaki gunung, hingga ia memberikan mentari yang bersahabat.
              “ Sayang kamu hati-hati yah nanti ngambil bunga edelwisnya. Kalo nggak dapet juga nggak papa kok” ucap Thella yang terlihat cemas ketika Reynald hendak masuk ke dalam bis sekolah yang akan membawa mereka dalam acara itu.
              “ Iyah sayang, kamu tenang aja. Aku janji akan bawa bunga keabadian itu untuk kamu. Tapi kamu harus janji juga, kalau kamu akan jaga diri kamu baik-baik disini yah” pesan Reynald sambil membelai rambut Thella dengan kasih dan cintanya.
              Mereka berduapun berpelukan, setelah itu Reynald segera masuk kedalam bis. Thella terus memperhatikan bis yang membawa Reynald itu hingga hilang dari pandangannya. Beberapa lama setelah bis itu menghilang, Thella merasa cukup pusing, kepalanya terasa berdenyut, ia pun langsung masuk kedalam mobilnya. Saat di dalam mobil, tiba-tiba saja cairan merah keluar secara perlahan dari lobang hidungnya.
              “ Ya Allah, cairan apa ini ? Apa aku mimisan lagi ?” tanya bathinnya. “ Hmm, sepertinya belakangan ini aku terlalu sering mimisan, ada apa dengan ku Tuhan ?” tanyanya bingung sembari melihat cairan merah yang kini tengah meresap pada tisu yang ia usapkan kehidungnya. Ia pun mulai menyetir mobilnya untuk kembali ke rumah dengan pelan.
***
              Setibanya di rumah, Thella berlalu begitu saja dan segera masuk ke dalam kamarnya. Rafael yang merasa aneh dengan sikap adik semata wayangnya itu hanya bisa geleng-geleng kepala karena bingung. Rafael hanya berfikir, mungkin adiknya begitu karena baru saja ditinggal pergi kekasihnya.
***
              Sementara itu, Reynald dan seluruh teman-temannya sangat bahagia karena telah sampai di kaki gunung yang akan mereka daki. Hmm.. sepertinya salah, yang bahagia ternyata hanya teman-teman Reynald, sementar Reynald hanya terdiam menggalau sepanjang perjalanan hingga saat ini.
“ Wiih Bro, kamu kok galau amat kayanya ?? Kangen pacar yah ?? hahaha” ledek Ferdi sambil merangkul Tiwi.
“ Hahaha, belum nyampai satu hari aja udah galau gitu. Apa lagi 2 minggu yah ?? hihi” Tiwi kekasih Ferdi pun tak mau kalah dalam hal meledek Reynald. Yah, Tiwi dan Ferdi memang pasangan yang sangat cocok, selain wajah mereka yang sama-sama imut, sikap kanak-kanak mereka juga sangat sama.
“ Santai aja Rey, ingat semua demi Thella juga kan ? So jalani dengan happy” nasihat Ferdi tampak dewasa dan cool sekali.
“ Iyah. Aku aja yang nggak punya pacar nggak galau tuh” Reza ikut-ikutan. Yah, Reza itu memang suka nyambung-nyambung kalau Ferdi sudah angkat bicara.
              “ Semangat !!” seru Awan dan Icha tiba-tiba saja menghampiri mereka.
              “ Iya-iya aku semangat. Thanks all” Reynald pun tersenyum dan melanjutkan pendakian dengan semangat, agar semangat Reynald lebih berapi, Reynald juga selalu mengingat senyuman Thella ketika ia sedang letih mendaki.
***
              Thella yang merasa kondisinya mulai melemah, dan terlalu sering mimisan. Akhirnya tanpa sepengetahuan kakaknya, pergi menuju RS. MEDIKA JAYA. Disana Thella ditangani oleh seorang dokter spesialis penyakit dalam, yaitu dr.Hendra.
              “ Dok, gimana hasil Lab pemeriksaan kesehatan saya ?” tanya Thella seusai menjalani pemeriksaan di labor kesehatan.
              “ Ini hasilnya, bisa dibaca sendiri” dr.Hendra memberikan amplop cokelat kepada Thella. Thella pun segera membuka amplop itu dan mengambil kertas yang tidak lain adalah hasil kesehatannya. Dibagian bawah kertas itu tertulis sangat jelas kalau MARGARETH THELLAINA positive terkena kanker darah stadium akhir. Thella sangat terkejut dan tidak menyangka membaca hasil Lab itu.
              “ Dok, hasil Lab ini salah kan ? Kok disini saya dinyatakan terkena kanker darah ? Dokter bercanda ya sama saya ?” tanya Thella mengihindar dari sebuah kenyataan pahit tentang dirinya.
              “ Tidak, saya sama sekali tidak bercanda. Memang itulah hasilnya” jelas dr.Hendra.
Akhirnya Thella hanya bisa terdiam, dengan ucapan terimakasih dan senyum seadanya Thella meninggalkan ruangan dr.Hendra. Ia berjalan dengan suasana hati yang benar-benar kacau dan berantakan.
***
              “ Ya Allah… mengapa kau beri aku penyakit yang mengerikan ini ? Apa kau benar-benar ingin mengambil nyawaku lebih cepat ?” tanya Thella didalam kamarnya sendirian sambil menatap langit-langit kamarnya. Ia pun membalikkan badannya, mengarah pada photo kenangannya saat photobox bersama Reynald di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Tangannya perlahan menggapai photo itu.
              “Reynald Prasetya Winata… apa kabar ? Aku sangat merindukanmu, aku takut aku tak bisa bersua dengan mu lagi… sayang, cepat pulang. Aku kangen kamu” Thella lalu mencium gambar Reynald yang ada di photo itu. “ Tapi, jika aku telah bertemu Reynald. Apa Reynald akan menerima penyakit ku ?” tanyanya lagi dalam hati. “ Ahh, sebaiknya aku harus melakukan sesuatu” ucapnya langsung mengotak atik handphone yang berada di atas ranjangnya, yang tak jauh dari jangkaunnya.
***
              Sungguh mentari pagi ini seperti bersembunyi dibalik awan. Yah, suasana pagi ini sangat mendung. Hari ini adalah hari yang sangat Thella tunggu-tunggu, karena hari ini adalah hari pulangnya Reynald.
              “ Ciiee, ceria banget pagi ini ? Kemarin-kemarin manyun mulu. Hahaha” goda Rafael pada adiknya yang tengah melahap roti.
              “ Ahh kak Rafa. Eh ya kak, Reynald katanya mau langsung ke rumah kan ?”
              “ Iya-iya. Hmm.. kakak berangkat dulu yah” pamit Rafael, yang pagi itu sudah sangat rapi dan harum. Bagaimana tidak, pagi itu Rafael ada janji dengan gebetan barunya dari anak SMA tetangga, namanya Diana.
***
              “ Akhirnya kita pulang juga… asyiik !!!” celoteh Reynald sangat bahagia sambil memegang erat bunga keabadian yang telah berhasil ia dapatkan dengan bantuan teman-temannya.
              “ Ciiiee, yang mau ketemu pacar. Happy banget deh” ledek Awan dibarengi gelak tawa teman-teman yang lain.
***
              Saat sampai kembali di kota Jakarta, Reynald langsung menuju tempat kediaman Thella. Dengan sangat terburu-buru Reynald langsung membuka pintu rumah Thella yang tenyata tak terkunci. Namun, suasana hati Reynald yang begitu menggebu-gebu langsung pudar, hatinya mendung seperti hari itu ketika melihat Thella sedang asyik bermesraan dengan seorang lelaki yang tak lain adalah temannya sendiri yaitu Roma.
              “ Thella ….. !” nada kekecewaan keluar dari mulut Reynald, bunga edelweis yang sedari tadi dienggamnya dengan erat, perlahan terlepas. Tak kuasa menyaksikan hal yang sangat tak ia duga itu, Reynald pun segera berlari pergi meninggalkan kediaman Thella.
              “ Thella, apa perbuatan kamu ini tidak terkesan terlalu jahat pada Reynald ?” tanya Roma setelah Reynald pergi.
              “ Biarlah kak, ini demi kebaikan Reynald juga. Kakak kan tahu kalau hidup Thella sudah nggak lama lagi. Hmm… kak, kakak janji yah nggak bilang tentang ini semua kepada kak Rafa, Reynald dan teman-teman yang lain” pinta Thella dengan serius.
              “ Hmm…” jawab Roma dengan berdehem, lalu memunculkan senyumnya yang khas dengan dihiasi kumis tipis di atas bibirnya, membuatnya tampak tampan sekali.
              “  Ambil tuh bunga edelweisnya” suruh Roma sambil melirik bunga edelweis yang telah jatuh di lantai karena terlepas dari genggaman tangan Reynald tadi.
              “ Iyah, thanks banget ya kak buat semuanya”
***
              Sepulang dari rumah Thella, jujur saja Roma tak tahan merahasiakan ini semua. Roma merasa dia harus memberitahukan semua ini kepada teman-temannya Thella, terutama kepada Rafael dan Reynald. Dengan sangat terpaksa, Roma mengirimkan send all kepada seluruh teman-temannya yang berisi “All aku tunggu lo semua di Bober café sekarang. PENTING !”.
              Reynald yang juga mendapatkan sms itu merasa bingung, disatu sisi ia sangat kecewa dengan sikap Roma, karena Reynald telah berfikir kalau Roma telah mengambil kekasihnya. Namun disisi lain, Reynald juga penasaran dengan maksud isi sms Roma tersebut. Akhirnya dengan berat hati, Reynald juga ikut menemui Roma di Bober café.
              Saat semuanya telah berkumpul di Bober Café, dengan sinis Reynald langsung menanyakan maksud Roma mengajak mereka semua bertemu disini.
              “ Guys, hmmm… aku ngumpulin kalian semua kesini, karena aku pengen ngomongin sesuatu yang sangat penting tentang Thella” ucap Roma mengawali pembicaraan.
              “ Thella ? Emang adik aku kenapa ?” tanya Rafael heran.
              “ Thella, Thella divonis terkena kanker darah stadium akhir. Beberapa minggu ini ia telah menjalani terapi. Namun sepertinya itu semua nihil, karena penyakit Thella terus menggerogoti system syarafnya. Dan karena itu juga Thella minta bantuan gue buat bikin Reynald membencinya” jelas Roma panjang lebar.
              “ Maksud kamu ?” tanya Reynald heran.
              “ Rey, Thella itu sayang banget sama kamu. Dia nggak mau kamu kecewa dengan penyakitnya, karena itu dia ingin buat kamu jauh dari dia” jelas Roma.
              “ Apa ?? Kalau gitu, kita ke rumah Thella sekarang !” tegas Reynald langsung beranjak pergi begitu saja.
***
              “ Makasih yah sayang buat bunga edelweisnya. Bunga ini memang bunga keabadian, aku ingin cinta kita akan selalau abadi, meski ku takkan mungkin menamanimu selalu” Ucap Thella sambil menteskan bening-bening air matanya, dan memeluk bunga edelweis itu erat, lalu menciumnya.
              “ Cinta aku akan tetap abadi buat kamu, seperti bunga itu” kata Reynald yang tiba-tiba saja sudah berada di ambang pintu kamar Thella.
              “ Reynald ??” Thella langsung kaget.
              “ Sayang, I do love you and I need you” Reynald langsung memeluk kekasih yang paling dia sayang itu dengan pelukan hangat dan sangat erat.
              “  Tapi Rey…”
              “ Sssttt… Penyakit kamu pasti akan sembuh” Reynald melepaskan pelukannya dan meletakkan jari telunjuknya dengan lembut ke bibir Thella lalu menatap Thella lekat.
              “ Maafin aku yah La, udah bocorin ini semua” Roma tiba-tiba saja muncul membawa seluruh teman-teman Thella masuk kedalam kamar Thella.
              “ So sweet” gumam Icha pelan.
              “ Dek, kenapa kamu nggak pernah bilang tentang penyakit kamu ??” tanya Rafel angkat bicara.
              “ Maaf kak, aku cuma nggak mau bikin kakak dan yang lain khawatir”
              “ Kita ini sahabat kamu, jadi kita bakalan ada disaat kamu susah mau pun senang” tutur Tiwi.
              “ Thanks yah guys”
              “ Nah, untuk ngerayain hari yang mengharukan ini, gimana kalau kita makan yuppi bareng aja ??” ajak Ferdi sambil cengengesan.
              “ Aduh bebh, otak kamu kok isinya yuppi mulu sih ??” tanya Tiwi jealous.
              “ hehehe, di otak aku emang adanya cuma yuppi, tapi kalau dihati aku yang ada cuma kamu kok bebh” gombal Ferdi sambil merangkul Tiwi.
              “ Mulai deh jurus gombalnya” keluh Awan.
              “ Gimana kita balik ke café aja ?? Makan-makan gitu ??” ajak Reza.
              “ Ide bagus tuh, aku juga kangen nih makan bareng kalian. Kan kita udah lama nggak makan bareng” celoteh Thella manampakkanketegarannya.
              “ Tapi apa kondisi kamu nggak bakalan drop ?” tanya Reynald menatap wajah Thella penuh kekhawatiran.
              “ Nggak kok sayangku” ucap Thella meyakinkan Reynald.
***
              Saat sedang asyik menyantap makanan yang dihidangkan di café, Thella merasakan kepalanya berdenyut sangat kuat. Ini pertanda kalau sebentar lagi ia akan mimisan. Oleh karena itu Thella buru-buru meminta izin ke toilet agar teman-temannya tak melihat kondisi Thella yang sebenarnya sudah sangat lemah.
              Reynald yang sedari tadi selalu memperhatikan Thella sangat yakin kalau Thella tidak sedang dalam keadaan sehat, akhirnya Reynald pun membuntuti Thella menuju toilet. Baru saja sampai di depan pintu toilet tubuh Thella langsung jatuh, untung saat itu Reynald mengikutinya. Dengan sigap Reynald pun menangkap tubuh kekasihnya itu dan menggendongnya keluar.
              Dengan panik Reynald dan teman-teman Thella serta Rafael membawa Thella kerumah sakit terdekat. kebetulan Rumah sakit yang terdekat itu memang rumah sakit tempat Thella berkonsultasi.
              “ Dok, gimana kondisi adik saya ?” tanya Rafael sangat panic begitu dr.Hendra keluar dari ruang UGD.
              “ Kondisi pasiens sangat lemah, sekarang sedang  kritis” jelas dr.Hendra.
              “ Apa ? kritis dok ?? kalau begitu kapan ia dapat dipastikan sadar ?” tanya Reynald antusias.
              “ Dikarenakan kondisinya yang sangat ngedrop, kemungkinan ia akan mengalami koma yang tak tau sampai kapan. Dan mungkin ia akan sadar satu minggu lagi”
              “ Apa selama itu dok ?” tanya Icha tak percaya.
              “ Yah, namun jika Thella tak kunjung sadar dalam satu minggu ke depan, maka kemungkinan hanya ada dua. Ia mengalami koma tahunan atau akan kembali kesisi Yang Maha Kuasa”
              “ Apa ?? dokter nggak boleh ngomong gitu, adik saya pasti sembuh kan dok ?! ia kan dok ?!”
              “ Hanya keajaiban Tuhan lah yang dapat diharapkan saat ini” kata dokter itu lalu beranjak pergi begitu saja.
              Saat memasuki ruang UGD, butiran air mata terus mendesak keluar dari pelupuk mata seluruh teman-teman Thella. Saat mereka semua menyaksikan Thella terbaring lemah di balik selimut putih dengan wajah pucat pasi, dan banyak kabel-kabel dari alat-alat medis yang terpasang di tubuhnya.
              “ Sayang, aku yakin mukjizat Tuhan pasti akan memberikan kesembuhan untuk kamu” ucap Reynald menitikan air mata sambil membelai rambut Thella.
***
              Hari berganti minggu, minggu pun sudah berganti bulan. Haruskah bulan berganti tahun baru Thella sadar ?? Entahlah. Reynald dan Rafael selalu menginap di rumah sakit untuk menemani Thella yang tak kunjung sadar, seluruh teman-teman Thella pun selalu datang menjenguknya. Kini tepat tanggal 25 Agustus, hari jadian Reynald dan Thella. Itu berarti hari ini tepat hari Anniversary Reynald dan Thella yang ke-4 tahun. Reynald sangat berharap hari ini Thella dapat sadar dari tidur panjangnya.
              “ Pagi sayang…kamu ingatkan hari ini hari apa ?? hari ini hari Anniv kita yang ke-4 tahun loh. Hmm.. nggak kerasa yah hubungan kita udah empat tahun aja. Oyah, kamu liat deh aku punya apa buat kamu. Tarraaa !!! aku punya cincin. Ini special aku buat untuk kamu, liat deh di dalam mutiaranya ada kelopak bunga edelweiss. Keren kan ?? aku pakaikan dijari manis kamu yah” ucap Reynald kepada Thella yang masih tertidur dalam tidurnya yang sangat panjang, sambil meneteskan air mata dan memasangkan cincin itu ke jari manis Thella.
              Setelah cincin itu terpasang indah di jari manis Thella, tiba-tiba saja kondisi Thella menjadi sangat tidak stabil. Reynald, Rafael dan seluruh teman-temannyapun panik. Reynald segera memencet tombol darurat yang terdapat di dekat ranjang Thella. Dokter pun segera masuk keruangan itu dan memeriksa kondisi Thella.
***
               “ Thella !!! kenapa ? kenapa kamu ninggalin aku sayang !! aku butuh kamu, aku sangat membutuhkan mu sayang !!” jerit Reynald yang sangat terpukul dengan meninggalnya Thella.
              “ Dek, kenapa kamu tinggalin kakak sendirian !! kenapa dek ? bangun dek, bangun!!” Rafael tak kalah terpukulnya, ia mengguncang-guncang tubuh Thella dengan harapan Thella dapat sadar dari komanya.
              Ternyata, takdir Tuhan berkata lain. Tepat di hari Anniversary mereka yang keempat tahun, Thella meninggal dunia. Dan benar-benar melanjutkan tidur panjangnya untuk selamanya. Tak ada satupun orang yang tak menangis dengan kepergian Thella, terlebih Reynald dan Rafael. Ternyata, bunga keabadian dengan beragam mitos ke abadian  itu tak mampu mengalahkan kuasa Tuhan. Yah, mungkin Cinta Reynald kepada Thella akan tetap abadi seperti bunga edelweis yang selalu abadi. Namun tetap saja, tak akan ada manusia yang hidup abadi di dunia ini, semua manusia pasti akan merasa kehilangan, semua manusia pasti akan merasakan mati. Dan tak ada satupun manusia yang dapat mengelak dari suratan takdir Allah swt.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar