Kamis, 07 Maret 2013

cerpen "KEBODOHANKU"




              Wah, pagi ini burung berkicau riang. Sepertinya mereka bahagia, sama seperti aku yang hari ini begitu bahagia karena akan memasuki sekolah baruku. Tapi aku juga sedikit takut, aku takut nantinya aku akan dijaili oleh kakak-kakak seniorku sewaktu MOS. Hmm, semoga saja tidak. Oyah, kenalkan nama aku Esti, aku anak dari bapak Raden dan Ibu Boyadi. Kalian tahu siapa kedua orang tua ku itu?? Mereka adalah orang yang cukup ternama di Indonesia, karena ayahku memiliki sejumlah pabrik minyak terbesar di Indonesia, sementara bundaku adalah pemilik toko bunga yang cukup ternama di Jakarta. Hebat bukan ayah dan bundaku ?? Yah, mereka sangat hebat. Aku sangat bangga pada mereka. Oyah aku memiliki seorang adik laki-laki yang sangat jail, namanya Roma, ia baru duduk dikelas 3 sekolah dasar. Eh, kurasa perkenalan kita sudah cukup, aku mau turun dulu kebawah menemui kedua orang tua dan adikku yang mungkin tengah sarapan. Bye...
              “Pagi ayah, bunda” sapaku sambil tersenyum riang.
              “Hahaha… kak Esti kaya badut euy. Hahaha tambah jelek aja, kak” ledek Roma, ketika melihatku memakai pita dari tali rafia yang berjumlah 10 pita melekat dirambutku dan kalung dari permen berbagai jenis yang ditengah-tengahnya terdapat roti bantal yang berukuran sedang, serta memegang topi perbentuk kerucut yang terbuat dari karton.
              “Biarin, namanya juga MOS. Ntar kamu juga bakalan kaya gini kalo MOS. Wllleekk” balasku sambil menjulurkan lidahku kehadapannya.
              “Aduh, sudah-sudah jangan pada ledek-ledekan dimakan dulu sarapannya. Nanti kalian pada telat loh” Bunda menasehati kami, akupun langsung melahap roti yang sudah tersedia diatas meja makan.
              “Ayah, bunda. Pagi ini aku berangkatnya naik angkutan umum aja ya”
              “Loh kok gitu ??” tanya ayahku bingung.
              “Lah, ayahkan tahu Esti nggak suka bawa mobil kalo baru masuk sekolah ntar diledekin dan dibilang pamer” ujarku lalu meminum segelas susu.
              “Ya sudah, kalo gitu ayah anter aja yah ??”
              “Nggak usah ayah, Esti naik angkutan umum aja. Pamit berangkat dulu ya ayah,  bunda” pamitku buru-buru menyalami tangan kedua orang tuaku.
***
              Di halte bis, aku sudah menunggu sekitar 5 menit. Tapi tak ada bis yang muncul. Aku mulai gelisah, kulihat jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 06.50 wib. Itu berarti sepuluh menit lagi lonceng disekolahku akan berbunyi. Aku semakin gelisah dan trus memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang. Tak lama, sebuah motor Ninja Putih seolah melaju kearahku, sepertinya hendak menghampiriku. Ternyata benar, motor itu hendak menghampiriku.
              Saat pemilik motor itu membuka kaca helmnya, WOW wajahnya tampak sangat tampan bak seorang pangeran dari negeri dongeng.
              “Hei, kamu anak SMA HARAPAN BAKTI kan ?? ayo naik, kamu ikut aku aja. Aku juga siswa disana kok” tawarnya dengan lembut, aku masih tak percaya. Hari gini ada pangeran tampan yang baik hati dan lembut serta ramah, “Hmmm tipe pria idaman wanita” gumamku dalam hati.
              “Hei, nggak mau yah nebeng bareng aku ??”
              “Ha ?? iya-iyah aku mau” ucapku gelagapan dan langsung naik ke atas motornya. Aku yang tak mengenalnya, belum berani melinggarkan tanganku kepinggangnya, sehingga aku duduk sedikit menjarak dari punggungnya.
***
              Saat ia memberhentikan motornya tepat di area parkir sekolah, akupun langsung turun dari motornya. Ia pun melepaskan helmnya, dan kini ia tampak semakin gagah dan berkarisma.
              “Thanks yah udah mau nebengin aku”
              “Yupss, no problem. Oyah, aku Adit” ia mengulurkan tangannya dengan sopan.
              “Esti” ucapku sembari membalas uluran tangannya.
              “Yuk, kita masuk. MOS sebentar lagi akan dimulai” ajaknya sambil memegang tanganku, aku pun terheran melihat sikapnya yang benar-benar telah menganggapku teman dekatnya.
***

              “Bagiku, indahnya hidup tidak terletak pada seberapa banyak orang mengenalku.  Tapi,  seberapa banyak aku mendapatkan senyuman dari orang yang aku sayangi. Dan aku akan selalu berusaha membuatmu tersenyum, berusaha mengubah tangismu menjadi senyuman, mengubah luamu menjadi kenangan, dan mengubah gelapmu menjadi terang. Karna kau yang terindah. Disini, di hati kecilku” 
              “Teddy, kamu tau nggak. Hari ini adalah hari yang paling menyenangkan buat aku. Karena dihari pertama MOS aku nggak dijailin, malah aku dilindungi sama pangeran berninja putih. Hehe, dia juga loh yang udah nganterin aku ke sekolah hari ini, dan dia juga janji mau nganterin aku ke sekolah besok. Namanya Adit, dia ganteng banget banget banget pokoknya bangetnya seribu kali deh. Oyah teddy selain ganteng, baik dan ramah. Ternyata dia itu ketua OSIS loh, makanya dia bisa ngelindungin aku waktu MOS, saat aku mau dijailin sama kakak kelas cewek yang gayanya selangit itu. Hahaha, teddy, kayanya aku jatuh cinta deh sama Adit, pangeran berninja putihku. Haha” ceritaku panjang lebar pada boneka teddy bear yang cukup besar yang selalu setia menemani tidurku.
              Boneka itu adalah boneka pemberian terakhir dari eyang buyudku saat aku ulang tahun di usiaku yang ke-11 tahun. Aku sangat sayang sama eyang buyudku, aku selalu memeluk boneka teddy bear itu setiap malam dengan erat, karena dengan begitu aku merasa selalu dekat dengan eyang buyudku. Dan boneka teddy bear itu juga sudah jadi sahabat matiku, karena boneka teddy bear  yang biasa aku panggil teddy itu, selalu setia mendengar ocehan dari cerita-cerita panjangku yang terkadang sangat garing dan tidak jelas. Hehe.
***
              Pagi ini aku berangkat sekolah dengan pangeran berninja putihku, yups Adit menjemputku langsung didepan rumah, Adit tahu alamat rumahku, kerena kemarin dia juga yang mengantarkan aku pulang.
***
              Tak terasa sudah hampir setahun aku dekat dengan Adit, dan sudah hampir setahun pula lah Adit selalu setia mengantar dan menjemputku, hingga mobil pribadi yang dibelikan oleh ayahku pun tak pernah aku pakai untuk kesekolah. Tak tahu mengapa, aku dan Adit memang sangat akrab, kami sangat dekat. Bahkan Adit lebih dekat denganku dibandingkan dengan teman-teman lamanya yang pada umumnya laki-laki, mungkin hal ini karena kami selalu nyambung jika mengobrol.
              Kedekatan ku dengan Adit, membuat rasa cintaku yang memang telah tumbuh sejak aku mengenalnya semakin kuat dan dalam. Aku ingin kedekatanku ini lebih dari seorang sahabat dengannya. Yah, aku ingin menjadi pacarnya. Namun aku ragu, apa Adit juga memiliki rasa yang sama denganku ? kalau dilihat dari perhatian dan kasih sayang yang diberikan Adit padaku, aku yakin Adit memiliki rasa yang sama denganku. Keyakinan itulah yang membuatku rela menunggu Adit untuk menyatakan cintanya. Aku sangat berharap, lusa disaat hari ulang tahunku Adit menyatakan persaannya padaku.
              “Adit, besok aku mau beli bahan-bahan buat ultah aku lusa nih. Kamu mau nemenin nggak ??” tanyaku via telephone genggam pada Adit.
              “Aduh, Es. Kayanya nggak bisa nih. Aku lagi ada urusan penting. Nggak papa kan ???”
              “Urusan penting apa ??”
              “Ada deh, ntar kalo urusannya udah kelar, aku ceritain deh sama kamu. Mrs.bawel” ledeknya lalu dibarengi suara tawanya yang khas ku dengar di telepon.
              “Uuhh, main rahasia-rahasiaan yah ?? ngambek ahh” ucapku manja padanya.
              “Haha, ngambek aja. Nggak peduli cop. Eh udah dulu yah, ada urusan penting nih. Bye” Adit mematikan telephone ku begitu saja.
              “Uuuh, Adit ada urusan penting apaan sih sampai nggak mau nemenin aku ??” keluhku dihadapan boneka teddy bear kesayanganku.
              “Atau mungkin, Adit sedang menyiapkan kado special buat ulang tahunku ?? wah, semoga aja dia nembak aku beneran deh. Amin ya Allah” fikirku berharap dan membuat bibirku tersenyum simpul.
***
              Hari ini adalah hari ulang tahunku, aku begitu sibuk bersama kedua orang tuaku untuk menyiapkan pesta ulang tahunku nanti malam. Kalau tentang undangan, aku sudah membagikannya kepada teman-teman SMA ku dua hari lalu, termasuk pada Adit. Hari ini aku menyuruh Adit datang kerumahku untuk membantuku mempersiapkan acara ulang tahunku, dan Adit berjanji akan datang.
              “Dit, kamu kok lama banget nyampainya ??” tanya ku via Telpon.
              “Maaf-maaf nih mau jalan, sabar yah Mrs.bawel”
Setelah 20 menit menunggu, akhirnya Adit datang juga, aku langsung menyambutnya dengan senyum bahagia.
              “Es, sebenarnya aku datang ke sini selain mau bantuin kamu. Aku juga mau cerita sesuatu loh” ucapnya saat aku dan dia sedang memasang balon-balon di sudut ruangan yang akan menjadi tempat acara ulang tahunku.
              “Cerita apa ?? Eh, entar aja yah ceritanya aku mau ngambil gaun aku dulu nih, di butik. Kamu aku tinggal nggak papakan ??” tanyaku padanya, yah aku juga baru ingat kalau gaun yang akan ku pakai untuk pesta nanti malam belum sempat aku ambil.
              “Yah, baru juga datang. Masa aku ditinggal” keluhnya.
              “Udah nggak papa, kan ada Roma kak” sambung adikku tiba-tiba saja muncul dihadapan kami berdua.
              “Bentar kok, Dit. Rom, kamu temenin kak Adit di sini yah”
              “Siip kak” ucap Roma sambil hormat seperti sedang upacara bendera. Akupun pergi sendirian meninggalkan Adit dan Roma.
***
              Pesta ulang tahunku akan segera dimulai, namun Adit tak kunjung datang. Aku semakin gelisah menunggu kedatangannya. Akhirnya di saat acara tiup lilin Adit datang.
              “Adit” ucapku melihat ke arahnya yang masih di ambang pintu sementara lilin yang menyala di atas cake ulang tahunku sudah ku padamkan terlebih dahulu. Adit langsung menghampiriku.
              “Maaf yah aku telat” bisiknya di daun telingaku.
              “Iyah nggak apa” balasku.
              “Ini buat kamu” Adit memberikan sebuah kado berukuran sedang yang terbungkus kertas kado warna pink dengan pita merah.
              Semua orang bertepuk tangan lalu menyenyikan lagu potong kue. Aku pun memeotong kue ulang tahunku. Potongan pertama aku berikan kepada Bundaku, lalu potongan kedua kepada ayahku, potongan ketiga kepada Roma yang sepertinya sudah mengharapkan kue dariku. Dan potongan kue special terakhir aku berikan kepada Adit, saat kue itu ku berikan kepada Adit kulihat raut wajah tak menyangka di wajahnya. Aku pun berbicara pelan “Kue untuk persahabatan kita” walau sebenarnya hatiku berkata “Ini kue buat cowok yang paling aku cintai”.
Setelah acara ulang tahunku selesai tepat pukul 22.00 WIB. Semua tamu yang hadirpun berpamitan untuk pulang. Hingga tinggallah Adit dan aku di teras depan.
              “Esti, maaf yah tadi aku telat. Oyah ada sesuatu yang mau aku bicarain ke kamu” ucap Adit.
              “Iyah nggak apa. Sesuatu apa ? ngomong aja” ucapku dan berharap sesuatu yang dimaksud Adit adalah tentang persaan Adit terhadapku.
              “Hmm, besok aja deh aku ngomongnya. Besokkan libur, pagi jam 9 aku jemput kamu yah”
              “Trus besok kamu mau bawa aku kemana ??”
              “Ada deh, pokoknya tempatnya special.”
              “Emang mau ngomong apa sih ?? kok nggak sekarang aja ??”
              “Besok aja deh, biar lebih asyik. Ya udah aku pulang dulu yah” Adit pun berpamitan denganku. Setelah Adit lepas dari pandanganku, akupun berjalan mesuk ke dalam rumah.
Malam ini rasanya hatiku cenat cenut, resah dan sangat gelisah. Aku berusaha menabak-nebak apa yang ingin dikatakan oleh Adit tadi. ‘Apakah ia ingin menembakku ?? jika iya, mengapa tak bicara langsung mala m ini ? aku kan mengharapkan ungkapan cinta itu malam ini sebagai kado sepecial. Hmm, apa mungkin ia akan mengungkapkannya di tempat special ?? jika ia, dimana yah ??’ Ucapku pelan sambil berbicara pada boneka teddy baer kesayanganku. “Oh iya, aku lupa !! aku kan ingin membuka kado dari Adit !!” lanjutku tersentak dari semua khayalan dan pertanyaan-pertanyaan yang tak pasti itu. aku segera bangkit dari ranjangku menuju ruang pesta ulangtahunku untuk mengambil kado dari Adit.
Perlahan dengan sobekan-sobekan yang rapi akhirnya kado sederhana dari pangeran berninja putihku terbuka juga. ‘WOW’ gumamku pelan, setelah melihat isi kado yang sederhana namun sangat manakjubkan. Isinya sehelai sapu tangan yang dipinggirnya terdapat tulisan Adit  ♥ Esti sungguh tulisan ini membuat jantungku berdegup lebih kencang. Aku langsung mencium sapu tangan itu, dan merebahkan tubuhku diatas kasur sambil tersenyum mebayangkan wajah Adit.
***
              “WOW !! tempatnya indah banget !!” ucapku sangat terpesona dengan keindahan tempat dimana aku berdiri saat ini. Aku tak menyangka kalau Adit akan membawaku ke tempat yang sangan indah dan seromantis ini. Perbukitan dengan aliran sungai kecil di pinggirnya, pepohonan yang masih rindang dan suasana yang jauh dari polusi. Sungguh sangat indah.
              “Kamu mau ngomong apa sih, Dit ??” tanyaku penasaran.
              “Hehe, lebih tepatnya sih bukan ngomong tapi cerita”
              “Mau cerita apa ?? eh tunggu dulu. Aku mau nanya, kamu kok bisa sih kepikiran ngasih kado ini ke aku ??” tanyaku sambil memperlihatkan saputangan yang diberikan Adit sebagai kado ulang tahunku.
              “Wah, kamu bawa sapu tangannya ?? Haha brarti kamu suka dong sama sapu tangannya ??”
              “Suka banget. Eh jawab dong kamu dapat ide dari mana ngasih aku kado ini ?? Dan kenapa pake tulisan Adit love Esti segala ??”
              “Hahaha, dasar Mrs.bawel. Nanya nya bertubi-tubi”
              “Hehe… maaf deh, jawab dulu atuh”
              “Gini yah Mrs.bawel, sebenarnya aku ngasih kado itu atas saran dari pacar aku. Dan tulisan Adit Love Esti itu, menandakan persahabatan kita”
              Penjelasan Adit membuat aku kaget, pacar ? sejak kapan Adit memiliki pacar ? tanda persahabatan ? berarti hingga saat ini Adit hanya menganggapku sahabat ?, sungguh kenyataan ini membuat dadaku sesak. Rasanya air mata ini ingin keluar namun aku tak mampu menangis dihadapannya.
              “Pacar ?? sejak kapan kamu punya pacar ?? kok nggak pernah cerita ??” tanyaku berusaha menutupi hatiku yang mungkin tlah tak berbentuk.
              “Yah, gimana mau cerita. Kamunya sibuk mulu. Sebenarnya aku ngajak kamu kesini ini mau cerita sama kamu, kalo kemarin aku telat ke pesta ultah kamu karena ngajakin Auryn ketempat ini, trus di tempat ini aku nembak Auryn. Kamu tahu apa ?? aku diterima loh sama dia !! kami resmi jadian dehh, makanya aku telat, karena mesti ngatar Auryn pulang dulu, sebenarnya sih aku mau ngajak Auryn sekalian ke pesta kamu, tapi dianya ada urusan juga.” Cerita Adit panjang lebar dengan antusias sepertinya Adit memang sangat bahagia telah memiliki kekasih. Dan hal ini yang membuat dadaku semakin sesak.
              “Oowh, Auryn itu anak mana siih ?? Kamu kok nggak pernah cerita kalo suka sama dia ??”
              “Lah, masa kamu nggak kenal Auryn sih ? Dia kan kelasnya sebelahan sama kamu ?? Aduh, makanya Mrs.bawel bergaul dong bergaul. Haha”
              “Yee… kok malah ngeledek sih, trus kamu kok nggak pernah cerita kalo suka dia ??”
              “Yaah, sebenarnya aku mau cerita. Tapi waktunya nggak tepat mulu. Tau nggak sebenarnya aku suka dia sejak masa MOS, nah akhirnya sekarang jadian juga. Senengnya.”
              “Selamat deh. Eh, anterin aku pulang dong”
              “Kok pulang ?? Aku mau cerita banyak nih sama kamu tentang Auryn.”
              “Aku ada urusan”
              “Yah, ya udah deh”
***
              ‘Kenapa Adit ?? kenapa kamu nggak pernah bilang kalo kamu suka sama cewek lain ?? kamu jahat Adit !! kamu jahat !! kamu udah buat rasa dihati aku tertanam kuat untuk mencintai kamu, namun kamu malah pergi dengan wanita lain !! Adit jahat !!!’ keluh ku bercampur kesal sambil memandangi Foto aku saat bersama dengan Adit.
              ‘Ahhh !!!! bukan Adit yang jahat Esti !!! tapi kamu yang bodoh !! kamu bodoh !! bodoh !!’ bentakku menyalahkan diriku sendiri.
              Patah hati, itulah yang kini ku rasakan, sakit dan sangat sakit. Semua harapanku kini benar-benar sirna. Setelah tahu ternyata Adit hanya menganggapku sahabat dan tak pernah mencintaiku lebih dari itu.
Dreettt dreeett…. Hpku bergetar, tertanda ADIT CALLING.
              “Hallo. Kenapa, Dit??” tanyaku sambil menghapus air mataku dengan sedikit isak tangis.
              “Es, kamu nangis ?? kenapa ??” tanya Adit yang mungkin tahu kalau disebrang sini aku sedang menangis.
              “Nggak kok, Dit. Aku nggak nangis. Cuma lagi flu aja, hehe. Ada apa nih nelpon ??”
              “Oowh, cepat sembuh yah. Aku Cuma mau bilang kayanya aku udah nggak bisa pergi bareng kamu lagi deh ke sekolah, karena aku harus jemput pacar aku dulu, Auryn.”
              “Oowh, iya-iya nggak apa kok aku ngerti. Hehe selamat berpacaran… haha” ucapku berusaha tertawa meski sebenarnya hatiku menangis terisak-isak.
              “Thanks yah, bye” Aditpun mematikan telponnya.
***
Tersadar dari mimpi
Yang hampir bawaku terbang jauh
Ku terjatuh dari semua angan-angan semu
Sakit memang yang kurasa saat ini
Namun inilah kenyataan yang harus ku hadapi
Kau tercipta bukan untukku
Menangis mengenang semua yang indah
Tertawa haru ketika ku ingat semua kebodohanku selama ini…
Mencintai bayangan semu ??
Hahaha bodohnya aku
Sempat berharap bayangan semu ini berubah menjadi nyata..
Kini, ku kan hapus semua
Semua tentang rasaku untuk Mu, Adit…
              ‘Esti, cowok di dunia ini banyak !! mati satu tumbuh seribu !! semangat semangat semangat !! kamu pasti bisa dapetin yang lebih dari Adit !!’ nasehatku pada diriku sendiri. Hingga akhirnya malam itu aku tertidur tanpa mimpi. Meski aku belum tahu bagaimana cara menghapus rasa ini, namun aku yakin cepat atau lambat rasa ini akan terhapus.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar